Indonesia
terkenal dengan budaya korupsi, suap, sogok menyogok dan kongkalikong. Bukan
hanya di lembaga pemerintahan atau antar pejabat, melainkan juga di sektor
swasta, baik antar pejabat swasta dengan pejabat negara, antar pejabat swasta
sampai para pegawai biasa. Mungkin Anda pernah mendengar, seorang karyawan
dipecat gara-gara menyelewengkan kewenangannya, memanipulasi keuangan atau
menggelapkannya. Biasanya kita mendengar kasus semacam itu di sektor perbankan.
Tapi
saudara, percayalah budaya semacam itu juga marak terjadi di restoran. Ya di
bisnis restoran, KKN dan kongkalikong kerap kali terjadi melibatkan mereka yang
sering memegang uang cash, atau yang punya kewenangan bahkan orang kepercayaan.
Jadi ketika Anda sudah memulai bisnis restoran, bersiaplah menghadapi kenyataan
itu. Misalnya, pengunjung setiap hari cukup ramai, tapi Anda tetap merugi.
Waspadalah!
Beberapa
modus operandi bisa kami beberkan di sini. Paling sering adalah manipulasi menu
yang dipesan oleh pelanggan dengan menu yang disampaikan ke dapur. Misalnya,
pelanggan memesan sop buntut spesial, dipesan ke dapur sop buntut biasa. Yang
keluar tetap sop buntut spesial, tapi yang tercatat adalah sop buntut biasa.
Selisih harga itulah yang dibagi rata oleh para koruptor restoran. Kalau sekali
memang tidak seberapa, tapi kalau berkali-kali selama berbulan-bulan atau
tahunan, apalah jadinya restoran Anda?
Modus
lainnya melibatkan waiter dengan kasir dan pelanggannya. Pelanggan memesan 5
jenis makanan, tapi ditulis dikasir hanya memesan 3. Terjadi kongkalikong
antara pelanggan, waiter dan kasir, sehingga membayar lebih murah. Mungkin saja
pelanggannya orang dekat sang waiter atau kasir.
Masih
banyak modus lainnya, yang berkaitan dengan manipulasi menu dan harga. Sehingga
Anda sebagai pengelola restoran harus rajin mengawasi secara random, dan jangan
pernah terlalu percaya pada bawahan. Cek dan cek terus pekerjaan mereka. Sekali
saja Anda lalai, jangan salahkan bila usaha bangkrut gara-gara korupsi yang
melanda restoran Anda…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar